Selasa, 10 Desember 2013

COSO Framework

          Definisi Internal Control jika dilihat dari Internal Control-Integrated Framework COSO (1992) adalah suatu sistem pengendalian yang terbentuk dari aktivitas-aktivitas yang dijalankan oleh unit-unit atau satuan-satuan pekerja dalam suatu perusahaan yang bertujuan untuk mencapai efektifitas dan efisiensi operasi, keandalan laporan keuangan, dan kepatuhan atas hukum dan peraturan yang berlaku. Menurut COSO Framework yang dibuat pada tahun 1992, Internal Control terdiri dari 5 komponen yaitu:
1.      Control Environment (Lingkungan Pengendalian)
Lingkungan pengendalian merupakan pondasi awal sistem Internal Control yang meliputi lingkungan, suasana, dan sikap/perilaku orang-orang di dalam suatu organisasi atau perusahaan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menentukan dan mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orang di dalam maupun di sekitar organisasi atau perusahaan tersebut. Factor lingkungan pengendalian meliputi integritas, nilai etika dan kompensasi, filosofi manajeen dan gaya operasi, cara manajemen memberikan wewenang dan tanggungjawab serta mengatur dan mengembangkan orang-ornagnya, dan perhatian serta arah yang diberikan dewan direksi.
2.      Risk Assessment (Penilaian Resiko)
Setiap organisasi tidak pernah bisa lepas dari risiko yang dapat muncul karena berbagai alasan, misalnya perubahan situasi, perubahan peraturan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, sebuah organisasi perlu menilai risiko atau dengan kata lain harus mengidentifikasi dan menganalisis risiko untuk kemudian risiko itu bisa ditangani dan dikelola dengan baik tanpa mengganggu aktivitas operasi dan tujuan organisasi.
3.      Control Activities (Aktivitas Pengendalian)
Aktivitas pengendalian merupakan aktivitas yang dilakukan berdasarkan kebijakan, prosedur, aturan organisasi untuk pengendalian agar aktivitas organisasi  tidak melenceng dari tujuannya
4.      Information & Communication (Informasi dan Komunikasi)
Informasi sangat dibutuhkan oleh semua orang di berbagai tingkatan manajemen agar dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dalam suatu organisasi dengan baik. Agar pelaksanaannya baik dan sesuai dengan yang diharapakan, maka sangat penting untuk dapat mengkomunikasikan informasi tersebut dengan cara yang baik pula agar tujuan organisasi dapat tercapai.
5.      Monitoring (Pemantauan)
Pemantauan dalam sistem pengendalian internal perlu dilakukan untuk mangawasi apakah aktivitas dan proses yang berjalan sesuai dengan peraturan yang ada. Pemantauan berfungsi juga untuk menilai kinerja para pekerja, kemudian dievaluasi untuk kinerja yang lebih baik dalam mencapai tujuan organisasi.
          Pada tahun 2004 kemudian dibuat pengembangan dari framework COSO tahun 1992 yaitu Enterprise Risk Management-Integrated Framework. Dari gambar COSO ERM Framework diatas, kita dapat mendefinisikan bahwa yang disebut Enterprise Risk Management (Manajemen Risiko Perusahaan) adalah suatu proses pengelolaan yang dijalankan oleh suatu badan mulai dari dewan direksi, divisi-divisi, satuan bisnis, dan personil lainnya yang bertujuan untuk membuat strategi yang mendukung misi organisasi, mencapai efektifitas dan efisiensi operasi, keandalan laporan keuangan, dan kepatuhan atau sesuai dengan hokum dan peraturan yang berlaku. COSO ERM Framework terdiri dari delapan komponen yaitu:
1. Internal Environment (Lingkungan Internal)
Lingkungan internal organisasi sangat mempengaruhi perilaku orang-orang di dalam maupun di sekitar organisasi, proses operasi organisasi serta menentukan bagaimana gambaran umum organisasi di mata ekstern. Lingkungan internal juga mempengaruhi cara pandang orang dalam organisasi terhadap suatu risiko
2. Objective Setting (Menetapkan Tujuan)
Memastikan bahwa suatu organisasi memiliki tujuan yang jelas agar dapat menentukan kejadian atau risiko apa yang mungkin timbul dalam proses pencapaian tujuan, kemudian menentukan kebijakan seperti apa yang harus diambil untuk menanggulangi risiko dan mencapai tujuan tersebut. Tujuan organisasi secara umum menurut COSO ERM Framework adalah strategic, operational, reporting, dan compliance.
3. Event Identification (Identifikasi event)
Kejadian-kejadian pada saat proses pencapaian tujuan suatu organisasi, yang mungkin dapat mempengaruhi proses tersebut harus diidentifikasi. Putuskan manakah yang berpengaruh negative, dan manakah yang positif bagi proses pencapaian tujuan organisasi.
4. Risk Assessment (Penilaian Risiko)
Risiko yang ada dan mungkin ada harus diidentifikasi dan dianalisis untuk menentukan bagaimana risiko itu dikelola.
5. Risk Response (Respon Risiko)
Menentukan bagaimana suatu organisasi akan merespon atau menanggapi risiko yang ada dan yang mungkin ada. Apakah akan menghindar, mengurangi, mengalihkan atau menerima risiko itu.
6. Control Activities (Aktivitas Pengendalian)
Aktivitas yang merupakan pelaksanaan dari kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan agar respon risiko yang direncanakan dapat berjalan efektif.
7. Information and Communication (Informasi dan Komunikasi)
Setiap orang dalam organisasi memerlukan informasi yang relevan dan dapat dipercaya untuk menjalankan tugasnya. Informasi yang ada juga harus dikomunikasikan dengan baik agar bisa ditangkap dan diidentifikasi untuk kemudian penerima informasi tersebut dapat menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik.
8. Monitoring (Pemantauan)
Proses Manajemen Risiko Perusahaan dipantau dan diawasi pelaksanaannya agar tidak melenceng dari tujuannya. Evaluasi dan modifikasi dapat dilakukan jika perlu.

Selasa, 03 Desember 2013

Contoh Teknik Dokumentasi Sistem

Sistem Akuntansi Pembelian Tunai



  • Control Stock
Prosedur pembelian bermula dari  pihak  control stock  dari  pihak finance & administration membuat laporan tentang jumlah persediaan telah menipis dari laporan accounting berdasarkan jumlah persediaan di gudang. Dari laporan tersebut dibuat Daftar Permintaan Barang Yang berisi sejumlah persediaan barang dagang yang diminta dan diajukan kepada pihak pembelian.
  • Purchasing (pembelian)
Bagian pembelian kemudian menghubungi pemasok melalui telepon berdasarkan daftar pemasok tetap. Kemudian dimintakan persetujuan kepada pihak finance dan administration manager setelah mengahadap direktur  terlebih dahulu untuk melakukan pembelian. Setelah order dipenuhi kemudian bagian pembelian melakukan  pembayaran serta mengeluarkan Bukti Pengeluaran Kas (BKK) atas pembayaran tersebut. Dari pembayaran tersebut , bagian pembelian  menerima faktur yang nantinya akan dicocokkan  saat persediaan  dikirim. Daftar Permintaan Barang yang diterima bagian Gudang  (stock) dikembalikan yang fungsinya untuk mencocokkan DPB dengan Surat Jalan dari  supplier  terhadap barang persediaan yang dikirim.
  • Gudang (stock)
Setelah melakukan pencocokan bukti DPB dengan Surat Jalan kemudian pihak gudang sebagai penerima barang membuat Laporan Penerimaan dan menyimpan barang. Laporan tersebut digunakan untuk arsip gudang sendiri dan bagian akuntansi intuk mencatat penambahan barang dagang.
  • Accounting
Bukti pengeluaran kas digunakan pihak akuntansi untuk mengakui bahwa pembayaran sudah dilakukan oleh perusahaan. Proses yang dilakukan akuntansi adalah semua bukti direkap kedalam komputer. Kemudian memasukkan LPB, Faktur, dan BKK untuk melaporkan penambahan persediaan barang.

Arti Simbol-Simbol Flowchart:



Rabu, 27 November 2013

Laporan Tahunan (Annual Report)




Laporan tahunan merupakan laporan perkembangan dan pencapaian yang berhasil diraih organisasi dalam setahun. Data dan informasi yang akurat menjadi kunci penulisan laporan tahunan. Isi dari laporan tahunan tersebut mencakup laporan keuangan dan prestasi akan kinerja organisasi selama satu tahun. Terdapat beberapa fungsi mendasar dari sebuah laporan tahunan yang dibuat oleh masing-masing perusahaan, yaitu sumber dokumentasi informasi perusahaan tentang apa yang telah dicapai perusahaan selama setahun, sebagai alat pemasaran yang kreatif bagi perusahaan melalui integritas desain dan tulisan, menambah daya tarik perusahaan di mata konsumen, sebagai dokumen lengkap yang menceritakan secara mendetail kinerja perusahaan, beserta dengan neraca rugi laba perusahaan dalam setahun, serta memberikan gambaran mengenai tugas, peran, dan pekerjaan masing-masing bidang.
Dari uraian di atas, sudah jelas bahwa laporan tahunan berbada dari laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan salah satu isi dari laporan tahunan. Untuk lebih jelasnya simak penjelasan tentang laporan keuangan berikut:
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi :
  • Neraca
  • Laporan laba rugi
  • Laporan perubahan ekuitas
  • Laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus kas atau laporan arus dana
  • Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan
Tujuan Laporan Keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
            Contoh laporan tahunan PT Indocement Tunggal Prakarsa (download)
Review singkat: PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ( IDX: INTP ) adalah salah satu produsen semen di Indonesia. Indocement merupakan produsen terbesar kedua di Indonesia. Perusahaan ini didirikan tahun 1985 yang merupakan hasil penggabungan enam perusahaan yang menghasilkan sebuah perusahaan semen dengan delapan pabrik sejak 1975. Produksi semen Indocement dapat mencapai total sekitar 16,5 juta ton per tahun. Indocement memiliki 12 buah pabrik, sembilan diantaranya berada di Citeureup , Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dua berada di Cirebon , Jawa Barat dan satu di Tarjun, Kotabaru , Kalimantan Selatan. Dari laporan tahunan tersebut dapat kita ketahui beberapa informasi perusahaan, salah satunya adalah bahwa selama tahun 2012 perseroan memperoleh laba bersih sebesar Rp4763,4 miliar dimana hasil tersebut meningkat 32,3% dari laba bersih selama tahun 2011, yang sebesar Rp3601,5 miliar. Peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan penjualan selama tahun 2012 sebesar 24,5% lebih tinggi dari penjualan selama tahun 2011, yang dipicu oleh kenaikan volume penjualan domestik Perseroan sebesar 16,1%.

Source: www.id.wikipedia.org
www.indocement.co.id

(Chapter 4 Daniela Mancini, Eddy H. J. Vasseen: Accounting Information Systems for Decision Making) Faktor Penentu Penyelenggaraan Laporan Kinerja Berbasis Internet Yang Dirilis oleh Otoritas Pemerintah Daerah Italia


Luigi Lepore dan Sabrina Pisano


            Abstrak: Internet telah menjadi saluran komunikasi utama antara pemerintah dan para pemegang saham. Studi ini meneliti faktor-faktor penentu kotamadya dengan pelaporan kinerja berbasis internet ( IPR ) menggunakan kerangka agency theory. Analisis dilakukan pada sampel dari suatu kota di Italia pada tahun 2010 . Penemuan menunjukkan bahwa pengungkapan berdasarkan kesukarelaan yang dirilis melalui saluran tradisional dan IPR sukarela yang mengungkapkan kinerja tahun sebelumnya, maupun perhatian media, secara signifikan terkait dengan IPR.

1.       Pendahuluan
     Penelitian ini mengeksplorasi faktor-faktor penentu pelaporan kinerja berbasis internet ( IPR ) yang dirilis oleh Otoritas Pemerintah Daerah Italia ( LGAs ) setelah reformasi diterbitkan pada tahun 2009 . Reformasi ini membutuhkan LGAs Italia untuk mengungkapkan data kinerja, dalam rangka meningkatkan transparansi manajemen pemerintahan . Sebagian literatur menunjukkan bahwa faktor-faktor penentu pengungkapan informasi keuangan di sektor publik ( PS ) sebagian besar didasarkan pada agency theory. Penulis memilih untuk menyelidiki pelaporan kinerja, bukan pelaporan keuangan secara eksklusif ( FR ) seperti studi sebelumnya, karena bagi LGAs dalam aspek keuangan hanya ada satu dimensi yang menyusun keseluruhan kinerja lembaga publik. Ini berarti bahwa konsep-konsep keuangan seperti profitabilitas, biaya dan pendapatan tidak dapat diterapkan dengan cara yang eksklusif untuk mengevaluasi kinerja PS . Studi ini meneliti faktor-faktor penentu IPR dan menunjukkan bahwa pengungkapan berdasarkan kesukarelaan yang dirilis melalui saluran tradisional dan IPR sukarela yang mengungkapkan tahun sebelumnya, maupun perhatian media, secara signifikan terkait dengan IPR.

2.       Tinjauan Pustaka
     Reformasi LGAs Italia yang diterbitkan pada tahun 2009 (UU 15 dan Keputusan Legislatif 150) mengusulkan pengawasan dan kontrol kegiatan LGAs oleh warga negara dan para pemegang saham yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja. Proses reformasi dimulai dari asumsi bahwa untuk meningkatkan kinerja LGAs, diperlukan transparansi data kinerja yang memungkinkan warga untuk menilai tentang kualitas kegiatan LGAs. Reformasi membutuhkan LGAs untuk mengungkapkan tujuan mereka, indikator kinerja dan data tentang sumber daya yang dihabiskan untuk memberikan pelayanan publik, serta informasi tentang organisasi. Jadi, dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas, PS perlu meningkatkan pengawasan akuntansi pemerintah ( kontrol sosial ).
     Kemajuan yang luar biasa dalam penggunaan Internet membuat penyebaran informasi tentang kinerja dan interaksi antara LGAs dan pemegang saham menjadi lebih mudah. Namun sayangnya, IPR yang dirilis oleh LGAs Italia masih jarang . Sebelum 2010, penyebaran data kinerja adalah kesukarelaan dan oleh karena itu informasi yang disediakan oleh beberapa LGAs melalui website sangat heterogen. Seperti yang terjadi di negara-negara lain di seluruh dunia berkat proses reformasi yang sama (atas dasar sukarela), saat ini LGAs Italia mulai mengungkapkan informasi ini. Namun, penelitian tentang IPR tetap sedikit dan hasilnya sangat beragam. Pengujian literature menunjukkan bahwa pengungkapan di PS sebagian besar didasarkan pada agency theory, dalam rangka untuk menemukan faktor-faktor penentu pengungkapan FR. Pemilih, kelompok warga, investor obligasi dan pemegang saham lainnya adalah yang utama (principal) dan manajer politik adalah agen . Bagaimanapun, ada juga beberapa pendekatan teoritis lain yang digunakan untuk menyelidiki fenomena ini, termasuk teori legitimasi, proses politik, hak milik. Tapi Penulis lebih condong ke teori agensi, karena lebih baik dalam menjelaskan asimetri antara LGAs dan pemegang saham yang menghambat kontrol sosial.
     Laswad et al. meneliti kemungkinan faktor penentu, dengan kebebasan untuk memilih internet FR LGAs di Selandia Baru dalam konteks keagenan dan teori-teori lainnya. Mereka menemukan bahwa baik ukuran LGAs dan tingkat persaingan politik adalah indikator yang tidak berguna untuk Internet FR. Sebaliknya, LGAs yang sangat berpengaruh atau yang menciptakan kekayaan yang lebih banyak daripada LGAs lainnya lebih mungkin untuk terlibat dalam Internet FR. Selain itu, LGAs yang lebih terlihat di media juga lebih mungkin untuk menggunakan Internet untuk menawarkan informasi keuangan . Demikian juga, dewan kota dan daerah lebih terlibat dalam mempengaruhi kebijaksanaan seseorang untuk memilih Internet FR daripada dewan distrik. Sedangkan Groff dan Pitman, dalam menyelidiki informasi keuangan pemerintah pada website yang disediakan oleh 100 kota terbesar di Amerika Serikat, menemukan bahwa ukuran penentu pengungkapan elektronik (e-disclosure), seperti kondisi pembiayaan utang. Juga Jorge et al, menemukan bahwa ukuran mempengaruhi e-disclosure di wilayah Italia dan Portugis. Dengan cara yang sama, Styles dan Tennyson menyelidiki publikasi di Internet tentang informasi keuangan pemerintah dari 300 LGAs di Amerika dan menemukan bahwa ukuran, pendapatan per penduduk dan kualitas pengungkapan informasi keuangan menentukan apakah LGA menyajikan informasi keuangan di website, sementara ukuran, pendapatan per penduduk, rasio utang, dan kondisi keuangan adalah penentu aksesibilitas data keuangan di Internet. Yu meneliti konten dan aksesibilitas e-disclosure informasi keuangan LGAs di China dan menemukan bahwa ukuran, kekayaan dan jenis LGAs secara signifikan berhubungan dengan tingkat FR berbasis Internet, sementara ukuran, pendapatan negara, kondisi keuangan dan jenis secara signifikan berhubungan dengan aksesibilitas e-disclosure informasi keuangan pemerintah .
     Laswad et al, Serrano et al, juga menunjukkan bahwa LGAs Spanyol ditandai dengan tingkat yang lebih tinggi baik level ekonomi warga negara maupun media pers yang lebih besar, diukur sebagai visibilitas internet, mengungkapkan data keuangan online. Namun, mereka juga menemukan bahwa ukuran LGAs mempengaruhi e - disclosure dan LGAs berupaya untuk menerapkan e-government dan publikasi data melalui Internet. Hampir seperti LGAs Spanyol, García dan García- García menggunakan dua model regresi untuk menguji hipotesis yang berbeda tentang hubungan antara e-disclosure keuangan sukarela dan beberapa faktor penentu. Mereka menemukan bahwa ukuran, investasi dan persaingan politik secara signifikan meningkatkan kemungkinan pelaporan informasi keuangan melalui website. Dengan cara ini, mereka menegaskan beberapa hasil yang ditemukan oleh Serrano et al. Selain itu, mereka menemukan hubungan negatif antara visibilitas pers kotamadya dan tingkat pelaporan online.
     Berbeda dari penelitian lain yang dikutip di atas, Penulis mengungkapkan hipotesis hubungan negatif antara visibilitas pers dan e-disclosure karena, menurut Zim - merman, mereka setuju, di satu sisi, media yang memainkan peran moderat dalam hubungan keagenan antara pemilih dan pemerintah daerah, mempengaruhi tingkat pelaporan online, tetapi mereka juga setuju, di sisi lain, bahwa pemantauan yang disediakan oleh pers tidak menjamin bahwa pejabat terpilih akan beroperasi dalam kepentingan terbaik dari konstituen mereka, karena pers tidak selalu bertindak atas nama warga. Dengan kata lain, media lebih memilih untuk mempublikasikan hanya berita, seperti skandal, korupsi, defisit anggaran, yang meningkatkan sirkulasi mereka, karena mereka memiliki tujuan untuk mengejar keuntungan mereka sendiri.

3.       Hipotesis dan Desain Penelitian
     Penulis mengelompokkan faktor-faktor yang menyebabkan LGAs mengungkapkan data kinerja di Internet menjadi dua dimensi. Yang pertama merupakan karakteristik kelembagaan dan sesuai dengan empat hipotesis pertama, melalui mana Penulis menganalisis hubungan antara IPR dan Ukuran, Otonomi Keuangan, IPR yang dirilis pada tahun sebelumnya dan Pengungkapan Sukarela. Yang kedua merupakan pengaturan lingkungan dan mencakup empat hipotesis, melalui mana Penulis menghubungkan IPR dengan karakteristik seperti Visibilitas Internet, Visibilitas media, Perhatian Media dan Kekayaan warga.
     Ada banyak argumentasi teoritis dan studi empiris yang memprediksi dan menguji hubungan positif antara ukuran dan pengungkapan. Menurut teori keagenan (agency theory), konflik kepentingan antara LGAs dan pemegang saham lebih mungkin terjadi di kota besar dan penyediaan informasi juga lebih bermanfaat bagi mereka daripada untuk kota-kota kecil. Dengan demikian, LGAs yang lebih besar akan mengungkapkan informasi lebih melalui internet dalam rangka memenuhi permintaan informasi yang lebih tinggi dari warga dan lembaga . Jadi , Penulis berhipotesis bahwa :
H1 Ukuran secara positif berkaitan dengan IPR
H2 Otonomi Keuangan secara positif berkaitan dengan IPR
H3 Pengungkapan Sukarela secara positif berhubungan dengan IPR
H4 IPRt - 1 secara positif berkaitan dengan IPR
H5 Kekayaan warga secara positif berkaitan dengan IPR
H6 Visibilitas pers berhubungan negatif dengan IPR
H7 Visibilitas Internet berhubungan negatif dengan IPR
H8 Ketertarikan media berhubungan negatif dengan IPR
     Penulis secara empiris menguji hipotesis sebelumnya pada sampel dari 167 kota Italia ( IM ) pada tahun 2010. Sampel terdiri dari semua IM yang merespon kuesioner yang dikirimkan pada 2011 dalam rangka untuk mengumpulkan data tentang variable Penulis. Penulis memilih untuk menyelidiki IM karena mereka bertanggung jawab untuk penyediaan pelayanan publik yang paling penting untuk warga. Dalam hal ini, penting untuk memeriksa berapa banyak informasi yang mereka rilis tentang kinerja mereka. Penulis memutuskan untuk menganalisis informasi yang dirilis pada tahun 2010. Penulis menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data tentang IPR yang dirilis selama 2010 dan tahun sebelumnya ( IPRt - 1 ), Pengungkapan Sukarela ( VolDisc ) dan Media Interest ( MedInt ). Informasi pada Ukuran ( Size ), Otonomi Keuangan ( Faut ) dan Citizens Wealth ( CiWeal ) dikumpulkan dari situs ANCI. Data Press Visibility ( PressVis ) dan Visibility Internet ( IntVis ) dikumpulkan dari
Google . Untuk menguji hipotesis Penulis menggunakan model regresi OLS sebagai berikut :


    Model ekonometrik ini meneliti pengaruh variabel independen yang diidentifikasi di IPR dan dirilis oleh IM. Untuk mengukur variabel dependen, Penulis menggunakan indeks pengungkapan tak tertimbang. Pertama, Penulis memilih data tentang kinerja IM yang harus diungkapkan di Internet atas dasar reformasi yang diterbitkan pada tahun 2009. Penulis mengidentifikasi 11 item yang terutama hasil perhatian, output dan proses tindakan, serta informasi tentang organisasi. Kemudian, Penulis memasukkan informasi kinerja ini dalam kuesioner yang dikirim ke IM dan mengumpulkan data untuk setiap item . Skor 1 diberikan untuk setiap item jika IM menegaskan hal itu diungkapkan, dan skor 0 sebaliknya. Skor akhir diberikan untuk setiap IM yang diukur dengan indeks, yang bervariasi dari 0 ke 1 dan sama dengan rasio antara jumlah item dirilis dan jumlah total item diidentifikasi. Penulis menganggap delapan variabel independen. Pertama, Penulis menganalisis Ukuran, yaitu ukuran jumlah penduduk IM. Selain itu, Penulis menyelidiki Faut, dihitung sebagai rasio antara pendapatan yang diperoleh dari pajak daerah dan tarif terhadap total pendapatan saat ini. Jika rasio ini tinggi, itu berarti bahwa IM sedikit tergantung pada administrasi publik lain untuk sumber pembiayaan. VolDisc dihitung sebagai jumlah laporan sukarela disusun oleh masing-masing IM. IPRt - 1 dihitung sebagai variabel dependen Penulis tetapi untuk tahun sebelumnya (2009). CiWeal diukur sebagai pendapatan disposal per IM penduduk. PressVis dihitung sebagai jumlah item dalam pers cetak di mana IM muncul selama 2010 dalam pencarian di Google. MedInt dihitung menggunakan 4 skala, point bervariasi dari 0 sampai 3 sesuai dengan tingkat kepentingan media yang dirasakan oleh masing-masing IM. IntVis diukur sebagai jumlah link masuk ke website IM menurut Google. Untuk mengisolasi hubungan antara IPR dan variabel independen, Penulis memasukkan Letak Geografis ( Geo ), diukur dengan dummies variabel untuk 5 wilayah: South, Island, Centre, North - East, North-West, dan E-Presence ( EPres ), dihitung dengan menggunakan 3 skala, point bervariasi dari 1 sampai 3 sesuai dengan periode ( baru-baru ini atau beberapa tahun yang lalu ) di mana IM mengimplementasikan situs, sebagai variabel kontrol. Kedua variabel tersebut dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.

4.       Hasil
     Tabel 1 menyediakan statistik deskriptif. IM meneliti yang terutama kecil: Ukuran rata-rata adalah 10,713.35 jiwa. Selain itu, IM menyajikan tingkat menengah Faut: rata-rata 61 % dari pendapatan saat ini diperoleh dari pajak daerah dan tarif. Melewati IPR, muncul bahwa IM menyelidiki 54 % rilisan data kinerja yang diidentifikasi rata-rata, yaitu sebesar 6 item. Selain itu, hanya satu IM yang memberikan semua informasi yang diidentifikasi. Namun, dibandingkan dengan IPRt - 1 terlihat bahwa data kinerja yang dirilis IM meningkat. Bahkan, tahun sebelumnya mereka mengungkapkan hanya 24 % dari informasi rata-rata, sama dengan hanya 3 item. VolDisc sangat rendah: 74 % dari IM dianalisis tidak menyusun laporan sukarela. Sisa sampel mempersiapkan paling banyak 3 dokumen, yang terutama laporan pertanggungjawaban sosial. Mengenai variabel pengaturan lingkungan, baik PressVis dan IntVis hadir nilai-nilai rendah ( 16,18 dan 11,40 ). Temuan ini bisa disebabkan oleh dimensi IM yang termasuk dalam sampel. Dengan kata lain, bisa jadi bahwa media tidak terlalu tertarik pada peristiwa yang terjadi di IM yang lebih kecil.

Namun, rendahnya nilai MedInt ( 0,91 ) berarti bahwa IM mempelajari bagaimana agar media tidak tertarik pada kinerja mereka .
     Tabel 2 menunjukkan temuan dari regresi OLS . Hasil penelitian ini memberikan dukungan untuk hipotesis H3 , H4 , H8 . Penulis menemukan hubungan yang positif antara kedua VolDisc dan IPR ( b = 0,201 , p \ 0,05 ) dan IPRt - 1 dan IPR ( b = 0.260 , p \ 0,01 ) . Temuan juga menunjukkan hubungan negatif antara MedInt dan IPR ( b = - 0,201 , p \ 0,05 ) . Namun, mengingat R2 yang disesuaikan , model menjelaskan proporsi ringan dari variasi IPR .

5.       Diskusi dan Kesimpulan
     Penelitian ini telah menyelidiki faktor-faktor penentu IPR yang dirilis oleh LGAs menggunakan kerangka teori keagenan. Menurut analisis Penulis, IM memberikan sebagian dukungan untuk pengembangan hipotesis. Seperti yang diharapkan, hasilnya mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa VolDisc positif terkait dengan IPR. Dengan kata lain, IM yang lebih berorientasi pada peningkatan transparansi menyediakan data kinerja lebih banyak. Hasil ini sejalan dengan asumsi teori agensi, yang menganggap bahwa ketentuan pengungkapan sukarela sebagai mekanisme yang berguna dalam mengurangi asimetri informasi antara prinsipal dan agen. Hasil ini juga dibenarkan oleh tipologi laporan yang dibuat. Bahkan, jika Penulis menganalisis laporan sukarela yang disusun oleh IM, muncul bahwa laporan mereka mengutamakan laporan pertanggungjawaban sosial. Karakteristik dokumen-dokumen ini adalah bahwa mereka membutuhkan partisipasi dari pemangku kepentingan eksternal, terutama warga negara. Jadi, IM yang mempersiapkan laporan ini lebih berorientasi pada transparansi dan, sebagai konsekuensinya, memutuskan untuk merilis data kinerja yang lebih.     Selain itu, hasilnya mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa IPRt - 1 positif terkait dengan IPR . Temuan ini berarti bahwa semakin banyak data kinerja yang diberikan selama tahun 2009 , semakin banyak data kinerja yang dirilis pada tahun 2010 . Menimbang bahwa selama tahun 2009 penyediaan data kinerja bersifat sukarela , temuan ini terkait dengan yang sebelumnya dan dapat dijelaskan dengan menggunakan pertimbangan yang sama terkait dengan teori keagenan.
     Bertentangan dengan harapan Penulis, hasil tidak mendukung hipotesis dengan asumsi bahwa PressVis dan IntVis secara negatif terkait dengan IPR. Sebagaimana dinyatakan di atas, hal ini bisa disebabkan oleh dimensi IM termasuk dalam sampel. Namun, jika mempertimbangkan tingkat kepentingan media yang dirasakan oleh masing-masing IM, temuan itu mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa MedInt negatif terkait dengan IPR. Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan hubungan positif antara pers visibilitas dan sukarela FR Internet atau menemukan bahwa rata-rata, LGAs yang mengungkapkan informasi keuangan lebih terlihat di Internet. Di sisi lain, temuan Penulis ini sejalan dengan orang-orang yang menemukan hubungan negatif antara sirkulasi surat kabar dan kualitas pengungkapan FR dan hubungan negatif antara visibilitas pers dan e - disclosure. Hubungan negatif antara MedInt dan IPR harus ditafsirkan dengan cara yang berbeda. Penjelasan pertama untuk temuan Penulis dapat bahwa LGAs menganggap pers sebagai pengganti pengungkapan melalui Internet. Dalam hal ini, IM memutuskan untuk tidak memberikan data kinerja di Internet karena mereka memilih mengungkapkan informasi melalui pers daripada melalui situs web mereka. Namun, penjelasan alternatif untuk hasil yang Penulis dapat bahwa IM memandang ketertarikan utama media dalam berita adalah menyajikan skandal dan korupsi, bahwa LGAs tidak ingin melaporkan melalui website mereka. Akibatnya, semakin banyak perhatian media dirasakan oleh IM, semakin rendah item informasi dirilis. Pembenaran ini tampaknya lebih dapat diandalkan, mengingat juga temuan dari statistik deskriptif. Bahkan, itu lebih mungkin bahwa IM, menganggap bahwa pers punya ketertarikan utama pada skandal dan korupsi dan memutuskan untuk membela diri dengan mengungkapkan informasi yang kurang melalui Internet.
     Akhirnya, hasil menunjukkan bahwa IM yang terletak di Italia selatan berhubungan dengan rendahnya tingkat IPR. Sebuah penjelasan yang mungkin untuk temuan ini bahwa kondisi keuangan kota-kota selatan saat ini lebih buruk dibandingkan dengan kota-kota yang terletak di daerah lain Italia. Akibatnya, IM selatan tidak memberikan banyak perhatian untuk IPR karena mereka tidak memiliki sumber daya yang diperlukan untuk mendukung fungsi ini.

Source: Accounting Information Systems for Decision Making
(Daniela Mancini, Eddy H. J. Vasseen )